Kamis, 31 Mei 2012

TUGAS MK MEDIA PEMBELAJARAN

TUGAS INDIVIDU

PERANCANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBANTUKAN POWER POINT
SISWA KELAS IV SD NEGERI 011
KEC. RAMBAH HILIR
ROKAN HULU

Untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
MEDIA PEMBELAJARAN
Dosen Pengampu
 Dr. Indrati Kusumaningrum, M.Pd

Oleh :
MELATI
NIM. 1109863

PROGRAM PASCA SARJANA
FKIP-UR KERJASAMA UNP PADANG
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PENDIDIKAN
2012


Gambar media yang digunakan dalam pembelajaran Matematika Kelas IV SD Negeri 011 Rambah Hilir terdiri dari Laptop, Karton, Papan Tulis dan LCD Proyektor

PERANCANGAN MEDIA POWER POINT PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN 011 RAMBAH HILIR
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Era globalisasi yang khususnya tentang masalah pendidikan, pemerintah telah mengupayakan agar mutu pendidikan di Indonesia mencapai jenjang kwalitas yang baik. Hal tersebut bisa tercapai bila seluruh komponen pendidikan terkait dan terpadu, seperti : a) pengadaan buku-buku  pelajaran siswa, b) peningkatan kwalitas / mutu guru, c) sistem pengelolaan kurikulum yang relevan, serta upaya lainnya yang berkaitan dengan kwalitas pendidikan.
Secara formal guru sebagai pengelola pendidikan harus dapat mengupayakan agar terjadi interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya seperti : guru, metode, sarana dan prasarana serta lingkungan sekitarnya secara optimal.  Siswa belajar melalui informasi yang diperoleh dapat dipikirkan dan segala informasi tersebut dapat lama diingat serta dapat bertahan pada pikiran siswa. Upaya untuk lebih meningkatkan hasil belajar siswa, diantaranya dapat dilakukan melalui upaya memperbaiki proses pembelajaran.
Menurut Nochi Nasution (dalam Nurlinggo, 2002:2) terdapat dua faktor yang berpengaruh pada proses pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut: a) faktor ekstern (luar) terdiri dari faktor lingkungan, dan b) faktor intern (dalam) terdiri dari kecerdasan, minat, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif.
Keberhasilan belajar siswa secara optimal bisa terwujud bila guru menerapkan media yang tepat dalam pembelajaran. Apabila seorang guru melihat hasil belajar yang belum mencapai hasil yang optimal maka diperlukan adanya perbaikan sistem pada pembelajaran. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah menggunakan media power point (Dirjen Dikdasmem, 1997/1998:3).
Untuk pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai kompetensi sesuai dengan profil mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) diperlukan kemampuan guru untuk dapat mengembangkan media yang tepat. Dengan pendekatan belajar tuntas ( masteri learning) diharapkan siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi secara utuh, sesuai dengan kecepatan belajarnya. Untuk itu pemilihan media harus disusun agar siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran mencapai kompetensi. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya perencanaan  yang efektif. Perencanaan yang efektif harus dimulai dengan perencanaan yang sistematik sesuai dengan media apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
BAB II
TEORI BELAJAR
Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling penting dalam proses pendidikan di sekolah, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami murid sebagai anak didik, maka kegiatan belajar itu cenderung diketahui sebagai suatu proses psikologi, terjadi didalam diri seseorang. Oleh karena itu sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Karena prosesnya begitu kompleks, maka timbul beberapa teori tentang belajar. Dalam hal ini Sardiman, (2003: 30) antara lain : teori ilmu jiwa daya, ilmu jiwa gestalt, ilmu jiwa asosiasi dan kontruktivisme.
Teori belajar menurut ilmu jiwa daya: jiwa manusia itu terdiri bermacam-macam daya, dan masing-masing daya dapat dilatih untuk memenuhi fungsinya. Untuk melatih suatu daya dapat dipergunakan berbagai cara . Sebagai contoh untuk melatih daya ingat dalam belajar misalnya dengan menghafal, sehingga ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal beberapa fakta-fakta. Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas apabila muridnya telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala. Demikian juga untuk daya-daya yang lain. Dalam hal ini, yang penting bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil dari pembentukan dari daya-daya itu.
Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt menyatakan bahwa kegiatan belajar bermula pada suatu pengamatan. Pengamatan itu penting dilakukan secara menyeluruh. Tokoh yang merumuskan penerapan dari kegiatan pengamatan ke kegiatan belajar adalah Koffka. Terkait dengan belajar, Koffka berpendapat bahwa hukum-hukum organisasi dalam pengamatan itu dapat diterapkan dalam kegiatan belajar. Dalam kegiatan pengamatan keterlibatan semua panca indera sangat diperlukan dan mudah atau sukarnya suatu pemecahan masalah tergantung pada pengamatan. Menurut aliran teori belajar ini, seorang belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh apabila seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu. Adapun timbulnya insight itu tergantung: kesanggupan, pengalaman, latihan dan trial and error (Sardiman, 2003: 31). Sehingga ada juga yang berpendapat bahwa belajar adalah latihan, dan hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu, misalnya agar siswa mahir dalam berhitung harus dilatih mengerjakan soal-soal berhitung.
Teori belajar yang lain yakni teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi . Ada dua teori yang sangat terkenal yaitu teori Konektionisme dari Thorndike dan teori Conditioning dari Pavlov. Menurut Thorndike dasar dari belajar itu adalah asosiasi antara kesan panca indera (sense impression) dengan impuls untuk bertindak (impuls to action), dengan kata lain belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Mengenai hubungan stimulus dan respons tersebut, Thorndike mengemukakan beberapa prinsip diantaranya bahwa hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat apabila disertai perasaan senang atau puas dan sebaliknya (law of effect). Oleh karena itu adanya usaha membesarkan hati dan memuji sangat diperlukan, hubungan stimulus dan respon akan bertambah erat apabila sering dipakai dan akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah digunakan (law of exercise atau law of use and disuse) oleh karena itu perlu banyak latihan, dan kadang respon yang tepat tidak segera nampak sehingga harus berulang kali mengadakan percobaan-percobaan sampai respon itu muncul dengan tepat (law of multiple respone) sehingga dalam belajar sering disebutnya trial and error.
Teori belajar menurut teori konstruktivisme, yang merupakan salah satu filsafat pengetahuan, menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Menurut pandangan teori kontrukstivisme, belajar merupakan proses aktif dari subyek belajar untuk merekonstruksi makna sesuatu, entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lain-lain, sehingga belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimiliki, dengan demikian pengertiannya menjadi berkembang. Sehubungan dengan itu ada beberapa ciri atau prinsip dalam belajar (Paul Suparno, 1997), yaitu :
1.      Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.
2.      Kontruksi makna adalah proses yang terus menerus.
3.      Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.
4.      Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya.
5.      Hasil belajar tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, tujuan, motivasi mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Jadi menurut teori konstruktivisme, belajar adalah kegiatan yang aktif di mana siswa membangun sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.
Bloom (2001) mengelompokkan hasil belajar dari dua dimensi yaitu cognitive proses yang meliputi pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dimensi knowledge yang terdiri dari fakta, konsep, prosedur dan prinsip.
Snelbecker (1974) mengemukakan cirri-ciri tingkah laku yang diperoleh dari belajar adalah (1) terbentukny atingkah laku baru akibat potensial, (2) kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relative lama dan (3) kemampuan itu diperoleh dengan menggunakan usaha. Pengetahuan yang diperoleh dapat dikelompokkan pada empat bagian yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Fakta adalah hubungan antara waktu dan kejadian, atau berkaitan dengan satu nama dan bagiannya. Konsep merupakan seperangkat objek, peristiwa atau beberapa symbol dengan karakteristik yang sama. Prosedur adalah rangkaian kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan prinsip adalah hubungan sebagai akibat yang saling berkaitan dengan sutau proses.
Romiszowaki (1981) mengungkapkan hasil elajar diperoleh dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dikelompokkan kepada empat kategori, yaitu fakta, konsep, prosedur dan prinsip. Fakta merupakan pengetahuan tentang objek nyata. Fakta juga merupakan asosiasi dari kenyataan-kenyataan dan informasi verbal dari suatu objek, peristiwa, atau manusia. Konsep merupakan pengetahuan tentang tindakan demi tindakan yang bersifat linear dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan rinsip adalah merupakan kenyataan mengenai hubungan dua konsep atau lebih.
Hasil belajar yang diharapkan pada pembelajaran adalah pemahaman konsep dan penguasaan keterampilan proses. Pemahaman konsep dan penguasaan keterampilan proses dipengaruhi oleh cara penyajian pembelajaran dari guru serta perbedaan kemampuan menyerap pelajaran oleh siswa.
Teori Belajar Piaget
Jean Piaget adalah seorang ilmuwan perilaku dari Swiss, ilmuwan yang sangat terkenal dalam penelitian mengenai perkembangan berpikir khususnya proses berpikir pada anak. Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:
a. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
b. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.
c. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara operasi konkrit sudah menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.
d. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.
BAB III
PERANCANGAN MEDIA
Dalam Perancangan Media menurut Smaldino menerapkan prinsip ASSURE, yaitu :
A = Analize Learners (Menganalisis karakteristik siswa)
S = State Objective (Menetapkan tujuan)
S = Select Methode, Media and Materials (Memilih metode, media dan bahan)
U = Utilize media and materials (Penggunaan media dan bahan)
R = Require learner participation (menyiapkan partisipasi pebelajar)
E = Evaluate and revise (Evaluasi proses dan hasil belajar serta melakukan revisi)
Berikut diberikan contoh penerapan prinsip ASSURE tersebut dalam perancangan media pembelajaran.
Sekolah                       : SD Negeri 11 Rambah Hilir
Mata Pelajaran            : IPA
Kelas / Semester          : IV / I
Standar Kompetensi   : Menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan    masalah
A = ANALIZE LEARNERS (ANALISIS SISWA)
Salah satu pedoman pemilihan media pembelajaran yang efektif, harus ada kesesuaian antara karakteristik siswa dengan isi metode, media, dan bahan pembelajaran. Tahap pertama dalam model ASSURE adalah analisis siswa.
Hal ini tidak mudah untuk menganalisis ciri-ciri setiap siswa. Beberapa faktor dan kriteria untuk membuat dan memutuskan media yang baik antara lain:
a)   Karakteristik umum
Siswa yang akan mengikuti pembelajaran ini adalah siswa SD kelas IV yang rata-rata berusia antara 9 - 11 tahun. Mempunyai kultur budaya yang tidak jauh berbeda. Berasal dari masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Pekerjaan orang tua petani dan buruh.
Siswa tidak bersemangat pada subjek materi, salah satu pertimbangan untuk menggunakan stimulus tinggi pembelajaran, misalnya media presentation.
b)       Kompetensi khusus awal
Ketika memulai perencanaan pembelajaran, anggapan pertama bahwa siswa belum menguasai pengetahuan atau keahlian yang diperlukan adalah salah. Realisasi pendapat ini bahwa pengajar harus mempunyai asumsi bermacam-macam tentang kompetensi awal melalui arti informal (misalnya pertanyaan dalam kelas atau interview luar kelas) atau arti lebih formal (misalnya tes dengan standart atau tes dari guru). Tes awal merupakan assesment, keduanya formal dan informal, yang menentukan apakah siswa mempunyai keahlian penting yang harus dimiliki.
Dalam hal ini, siswa diberikan tes awal yang berisikan beberapa soal penjumlahan bilangan yang telah dipelajarinya pada kelas sebelumnya.
c)        Gaya belajar
Gaya belajar berpengaruh pada ciri-ciri psikologi yang berpengaruh pada respon siswa terhadap beberapa stimulus, misalnya: keinginan, bakat, kecenderungan pada visual atau audiotori, dan sebagainya. Variabel gaya belajar didiskusikan dalam literatur dapat dikategorisasikan seperti preferensi pemahaman dan kemampuan, kebiasaan memproses informasi, faktor motivasi, dan faktor psikologi.
Siswa di kelas ini mempunyai kecendrungan kemampuan logika/IPA rendah, kemampuan verbal/linguistik (bahasa) lebih berkembang, kemampuan visual/spasial juga berkembang. Siswa lebih suka belajar dengan melihat dan mendengarkan. Masih lebih cepat mengikuti pembelajaran jika dijelaskan dengan detail oleh guru. Siswa juga mempunyai semangat jika diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah berpasangan dengan teman sebayanya. Dilihat dari segi motivasi, siswa mempunyai motivasi yang kurang baik dari lingkungan keluarga dan masyarakat. Jadi perlu perhatian penuh guru dalam memotivasi siswa.
Dilihat dari gaya belajar yang dimiliki siswa kelas IV SD Negeri 11 Rambah Hilir ini, maka media yang bisa membangkitkan motivasi dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki siswa adalah menggunakan media presentasi animasi.
S = STATE OBJECTIVE (MENETAPKAN TUJUAN)
Langkah kedua dalam model ASSURE dalam penggunaan media pembelajaran adalah menentukan tujuan pembelajaran. Hasil pembelajaran apa yang diharapkan tercapai pada masing-masing siswa? Lebih jelasnya, Kemampuan baru seperti apa yang harus siswa miliki saat selesai pembelajaran? Sebuah tujuan adalah bukan pernyataan dari apa yang guru rencanakan untuk memulai pembelajaran tetapi apa yang seharusnya siswa peroleh dari pembelajaran.
Menentukan Tujuan dengan baik melalui ABCD
Secara baik-menentukan tujuan dimulai dengan sebutan Audience (siswa) yaitu siapa tujuan yang dimaksud. Kemudian secara khusus Behavior atau kemempuan yang ditunjukkan dan Condition yaitu tindakan atau kemampuan yang diamati. Terakhir, Degree menunjukkan keahlian baru yang harus diraih-standart kemampuan yang dapat dinilai.
Tujuan Dalam Pembelajaran ini dapat dibagi menjadi sebagai berikut:
Kognitif
1. Menunjukkan tiga bagian besar kerangka tubuh manusia
2. Menjelaskan struktur rangka yang membentuk kerangka tubuh manusia
3. Memberi nama bagian-bagian rangka pada gambar rangka tubuh manusia
5. Menunjukkan bagian-bagian kerangka tubuh manusia
Afektif
Menjelaskan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia
Psikomotor
1. Merancang suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka
2. Membuat suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka, seperti layang-layang, model pesawat, model jembatan dsb.

S = SELECT METHODE, MEDIA AND MATERIALS (MEMILIH METODE, MEDIA DAN BAHAN)
Sebuah rencara yang sistematic untuk penggunaan media tentunya memerlukan metode, media, dan bahan yang dipilih secara sistematik dalam bagian pertama. Proses pemilihan memiliki tiga langkah: (1) menentukan metode yang sesuai untuk memberikan tugas pembelajaran, (2) memilih format media yang sesuai untuk membawa hasil dari metode, (3) memilih, memodifikasi, atau merancang bahan khusus dalam format media.
Metode : Metode dalam Pembelajaran ini adalah Metode Pembelajaran Langsung
Media & Bahan : Sesuai dengan karakteristik siswa dan kemampuan siswa yang telah dipaparkan sebelumnya, maka media yang digunakan pada pembelajaran ini adalah Media Power Point. Media Power point digunakan untuk menarik perhatian siswa dengan berbantukan komputer  dan LCD Proyektor yang telah tersedia di sekolah. Selain itu, guru juga menggunakan kertas karton yang berfungsi sebagai lembar kerja siswa, dimana siswa akan memaparkan hasil kerjanya di depan kelas. Tugas yang diberikan kepada siswa dikerjakan secara berpasangan dengan teman sebayanya, hasil dituliskan dengan menggunakan Spidol dan ditempelkan pada White Board.
U = UTILIZE MEDIA AND MATERIALS (PENGGUNAAN MEDIA DAN BAHAN)
Langkah berikutnya adalah penggunaan media dan bahan ajar oleh siswa dan guru. Melimpahnya ketersediaan media dan bergesernya filsafat dari belajar yang berpusat pada guru ke siswa meningkatkan kemungkinan siswa akan menggunakan bahan ajarnya sendiri. Dalam pengajaran yang berpusat pada guru maupun siswa, perlu dipakai pedoman 5P berikut:
a.       Meninjau Ulang Bahan Ajar
Guru memeriksa terlebih dahulu bahan ajar yang telah dipersiapkannya dan meninjau kembali apakah sudah sesuai dengan tujuan dan kondisi siswa
b.      Menyiapkan Bahan Ajar
Sangat penting pula untuk menyiapkan media dan bahan ajar untuk mendukung aktifitas pembelajaran yang direncanakan. Dalam menyiapkan bahan ajar, langkah pertama adalah mengumpulkan semua materi dan peralatan yang akan diperlukan, kemudian menentukan urutan penggunaan bahan ajar dan medianya. Dalam hal ini, guru mempersiapkan computer/laptop, LCD Proyektor, white board, meninjau sambungan listrik, mempersiapkan kertas karton, spidol, double tip dan hal lainnya yang mendukung proses pembelajaran. Dalam pembelajaran menggunakan media power point, Smaldino, dkk memberikan urutan perancangan materi visual melalui power point, sebagai berikut:
Perancangan:
1.       Memilih jenis huruf, ukuran dan warna yang sesuai dan mudah dibaca
2.       Menggunakan latar belakang yang berwarna terang dengan huruf yang berwarna gelap
3.       Judul diletakkan pada bagian tengah atas slide
4.       Gunakan komunikasi yang singkat, gunakan kata pada slide seminimum mungkin. Jika perlu kata yang lebih banyak lagi gunkan slide berikutnya.
5.       Gunakan sebuah tamplate untuk membuat sebuah format visual yang konsisten
6.       Kurangi fitur-fitur yang mengganggu konsentrasi siswa, seperti lonceng dan peluit yang berlebihan
7.       Gunakan gambar yang sesuai
8.       Gunakan transisi atau proses bergantinya slide ke slide berikutnya dengan konsisten, dan hindari suara berisik dengan transisi
9.       Gunakan bangunan yang sederhana. Efek bangunan merupakan bagaimana teks atau gambar diperkenalkan dalam satu slide
10.   Jangan terlalu berlebihan dalam menggunakan efek animasi
11.   Gunakan suaranya hanya jika bias meningkatkan presentasi anda
12.   Dapat juga menggunakan catatan kaki untuk mengidentifikasi slide 
 Tahap Pelaksanaan
  1. Membuka aplikasi Microsoft power point 
  2. Memilih tamplate atau background
  3. Mengamati gambar dengan seksama serta mengidentifikasi proses atau bagian dari gambar yang perlu diketahui oleh siswa
  4. Mulai menuliskan materi, namun harus diingat bahwa slide yang dibuat harus runtut
  5. Memilih warna background dan warna tulisan yang tepat, sehingga dalam penyampaian slide yang ditampilkan terlihat jelas
  6.  Menggunakan efek animasi yang serasi dan indah, sehingga pembelajaran menjadi menarik
  7.  Mengecek ulang apakah ada kesalahan letak atau pemberian efek anmasi yang tidak sesuai
Tahap Akhir
Setelah pembuatan slide presentasi selesai, hasil dapat dilihat dengan menggunakan slide show yang merupakan hasil keseluruhan presentasi. Dalam pembelajaran di kelas akan diproyeksikan dengan menggunakan LCD proyektor.
c.       Menyiapkan Lingkungan Belajar
Dimanapun kegiatan pembeajaran baik di kelas, lab, pusat media, lapangan atletik, dll sangat perlu dipersiapkan dan diatur kesesuaiannya dengan penggunaan bahan ajar dan medianya. Beberapa faktor sering dianggap remeh adalah keadaan tempat duduk, ventilasi, suhu, pencahayaan, dan sumber listrik. Beberapa media mungkin perlu keadaan ruang yang gelap, maka harus disesuaikan, dll.
d.      Menyiapkan Siswa
Penelitian pada belajar sangat jelas menunjukkan bahwa keberhasilan belajar sangat bergantung pada kesiapan siswa untuk belajar. Berikut cara-cara untuk menyiapkan siswa:
1)       Penyampaian tentang apa yang akan dipelajari.
2)       Cerita rasional yang berhubungan dengan Rangka Manusia yang akan dipelajari.
3)       Pernyataan yang memotivasi tentang perlunya mempelajari Rangka Manusia
4)       Arahan-arahan yang mengarahkan perhatian.
e.       Menyediakan Pengalaman Belajar
Sekarang setelah semua hampir siap, maka yang harus diperhatikan adalah menyediakan pengalaman pembelajaran bagi siswa. Dalam pembelajaran kali ini, guru menyajikan informasi atau menyampaikan materi secara professional. Guru harus mampu mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pembelajaran. Saat siswa mengerjakan latihan atau tugas, peran guru adalah sebagai pemandu atau fasilitator, yakni membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan dan fasilitator dalam diskusi kelas.
R = REQUIRE LEARNER PARTICIPATION (MENYIAPKAN PARTISIPASI PEBELAJAR)
Pendidik telah lama menyadari bahwa partisipasi aktif dalam proses belajar dapat meningkatkan belajar. Untuk itu, situasi belajar yang paling efektif mengharuskan agar siswa dapat mempraktikkan keterampilan yang mendorong ke arah pencapaian tujuan. Bentuk partisipasi tersebut dalam pembelajaran ini meliputi kegiatan memecahkan soal IPA yang berhubungan dengan Rangka Manusia di lembar kerja. Selain itu, diskusi, kuis singkat dan latihan aplikasi bisa memberi peluang untuk praktik dan umpan balik selama pembelajaran berlangsung.
E = EVALUATE AND REVIEW (EVALUASI PROSES DAN HASIL BELAJAR SERTA MELAKUKAN REVISI)
a)      Evaluasi hasil Belajar siswa
Evaluasi dilakukan sebelum, selama dan sesudah pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai, karakteristik siswa diukur guna memastikan apakah ada kesesuaian antara keterampilan yang dimiliki siswa dengan metode dan bahan ajar yang akan digunakan. Selama dalam proses pembelajaran, evaluasi dilakukan menggunakan umpan balik dan evaluasi diri Evaluasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung memiliki tujuan diagnosa yang didesain untuk mendeteksi dan mengoreksi masalah pembelajaran dan kesulitan-kesulitan yang ada. Sedangkan sesudah pembelajaran, evaluasi dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa terhadap materi Rangka Manusia yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
b)      Evaluasi Metode dan Media
Selain mengukur prestasi siswa, evaluasi juga meliputi assesmen terhadap metode dan media. Pada langkah ini muncul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1)      Apakah bahan ajar pembelajarannya efektif?
2)      Apakah dapat ditingkatkan?
3)      Apakah efektif ditinjau dari pencapaian belajar siswa?
4)      Apakah presentasi memakan waktu lebih dari semestinya?
Terutama setelah digunakan, bahan pembelajaran perlu dievaluasi untuk menentukan apakah bisa digunakan di masa mendatang atau perlu dimodifikasi terlebih dulu. Untuk mengevaluasi metode dan media pembelajaran bisa digunakan diskusi kelas, wawancara perorangan dan pengamatan perilaku siswa. Muncul lagi pertanyaan-pertanyaan:
1)      Apakah media membantu siswa dalam mencapai tujuan?
2)      Apakah media efektif menarik perhatian siswa?
3)      Apakah media memberi kesempatan siswa untuk berpartisipasi?
c)      Evaluasi Pengajar
Pengajar juga perlu dievaluasi, sama seperti komponen lain dalam sistem (siswa, metode, media). tidak perlu takut untuk dievaluasi, karena hal ini dapat meningkatkan kinerja kita sebagai pengajar. Ada empat tipe dasar dari evaluasi pengajar:
1)      Evaluasi diri
2)      Evaluasi oleh siswa
3)      Evaluasi oleh teman sejawat
4)      Evaluasi oleh administrator
Untuk evaluasi diri, pengajar dapat merekam presentasinya dengan tape audio atau video, kemudian menyaksikannya dengan pedoman format evaluasi. Siswa dapat sangat membantu dalam evaluasi dengan memberikan balikan. Cara pengajar mendesain dan bagaimana respon siswa tentang desain tersebut merupakan masukan yang beragam. Pengajar dapat juga bertanya pada koleganya, biasanya dengan mempersilahkan pengajar lain untuk berada di belakang kelas dan melakukan pengamatan ketika kita melakukan proses pembelajaran.
d)     Revisi
Langkah terakhir dalam siklus pembelajaran ini adalah melihat kembali dan mengamati hasil data evaluasi yang telah terkumpul. Akan muncul pertanyaan pertanyaan sebagai berikut:
1)      Apakah telah sesuai antara apa yang diinginkan dan apa yang benar-benar terjadi?
2)      Apakah siswa dapat mencapai satu atau dua tujuan pembelajaran?
3)      Bagaimana reaksi siswa terhadap metode dan media pembelajaran yang dipakai?
4)      Apakah pengajar merasa puas dengan nilai bahan ajar yang dipilih?
Pengajar harus melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan serta masing-masing komponennya. Jangan lupa dibuat catatan-catatan segera setelah menyelesaikan pembelajaran dan lakukan rujukan ke catatan-catatan tersebut sebelum mengimplementasikan pembelajaran itu lagi. Jika data evaluasi anda ternyata menunjukkan adanya kekurangan di bidang-bidang tertentu, maka sekarang tiba saatnya untuk kembali memperhatikan bagian yang kurang tepat tersebut
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)

Nama Sekolah      : SD Negeri 11 Rambah Hilir
Mata Pelajaran      : Ilmu Pengetahuan Alam
Kelas                     : IV (empat)
Semeseter                         : I (satu)
Waktu                   : 2 x 35 menit

A. Standar Kompetensi
Memahami hubungan antara struktur organ tubuh manusia dengan fungsinya, serta pemeliharaannya
B. Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan fungsinya
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Siswa dapat :
1. Mendeskripsikan struktur kerangka manusia
2. Menjelaskan bagian-bagian kerangka tubuh
D. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran diharapkan siswa dapat :
1. Menunjukkan tiga bagian besar kerangka tubuh manusia
2. Menjelaskan struktur rangka yang membentuk kerangka tubuh manusia
3. Memberi nama bagian-bagian rangka pada gambar rangka tubuh manusia
5. Menunjukkan bagian-bagian kerangka tubuh manusia
6. Menjelaskan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia
7. Merancang suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka
8. Membuat suatu benda/alat yang merupakan penerapan konsep fungsi rangka, seperti layang-layang, model pesawat, model jembatan dsb.
E. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan I (2 x 35 menit)
Kegiatan Awal
Menunjukkan sesuatu pada siswa misalnya layang-layang dan mengajak siswa untuk berpikir apakah mungkin sebuah layang-layang dapat dibuat tanpa membuat rangkanya terlebih dahulu?
Kegiatan Inti
1. Mengamati kerangka/model kerangka tubuh manusia
2. Menuliskan bagian-bagian kerangka tubuh manusia
3. Mencari informasi tentang fungsi kerangka dan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia
4. Mendiksusikan fungsi kerangka dan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia
5. Melaporkan hasil diskusi tentang fungsi kerangka dan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia
6. Mancatat kesimpulan hasil diskusi tentang bagian-bagian kerangka dan fungsi bagian-bagian kerangka tubuh manusia.
Kegiatan Akhir
Siswa membuat kesimpulan
F. Alat/Bahan/Sumber Belajar
• Alat : Model rangka manusia, alat-alat lain untuk membuat model layang-
layang seperti kertas, bambu, lem, benang.
• Sumber : Akrab dengan Dunia IPA
G. Metoda Pembelajaran
Metode pembelajaran yang dapat digunakan :
a. Ceramah secara klasikal untuk menyampaikan informasi
b. Kerja kelompok untuk mengamati dan menunjukkan bagian-bagian rangka, menggambar rangka, membuat benda/alat.
c. Diskusi kelompok untuk menjelaskankan struktur rangka, memberikan nama-nama bagian ranga, merancang benda/alat
d. Tanya jawab
H. Materi Ajar
1. Struktur rangka tubuh manusia,
2. Bagian-bagian rangka manusia
3. Fungsi kerangka tubuh manusia dan bagian-bagiannya
4. Merancang dan membuat alat/benda yang menerapkan konsep rangka
I. Penilaian
1. Penilaian tertulis,
• Instrument : Latihan soal Buku Akrab dengan Dunia IPA hlm;13-14.
• Jenis : Pilihan ganda, isian dan uraian.
2. Penilaian tindakan
Penilaian tindakan atau sikap dilakukan untuk mengukur sikap dan tindakan siswa selama kegiatan pembelajaran seperti ketika kerja kelompok, diksusi, presentasi dan mengerjakan tugas.
3. Penilaian produk
Penilaian yang ditujukan untuk menilai hasil kerja siswa seperti gambar kerangka tubuh, model layang-layang, model jembatan, model pesawat terbang dsb. Aspek yang dapat dinilai misalnya ketepatan memilih bahan, kerapihan, komposisi warna, proporsionalitas, fungsi, daya tahan dan kreativitas. 
UNTUK BAHAN AJAR DALAM BENTUK POWER POINT KLIK 
http://www.ziddu.com/download/19621660/rangka.rar.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar